Parlemen Pakistan Pertanyakan Relasi Militer Dengan Demokrasi Indonesia
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR-RI Hayono Isman mengungkapkan, walaupun Pakistan telah menjadi negara demokrasi lebih awal dibanding Indonesia, namun mereka ingin belajar tentang Indonesia mengelola demokrasinya. Khususnya peranan militer Indonesia, sehingga demokrasi Indonesia berjalan dengan baik dan lebih sukses dari pada demokrasi di Pakistan.
Hal itu diutarakan Hayono Isman seusai memimpin pertemuan BKSAP dengan Delegasi Parlemen Pakistan dipimpin Mushahid Hussain Sayed di lantai IV Gedung Nusantara III Senayan, Jakarta Senin (11/2).
Menurut Hayono, kepada Delegasi Parlemen Pakistan yang didampingi Organisasi Pengembangan Hukum dan Transparansi Pakistan dijelaskan pula mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia. Indonesia, lanjut politisi Partai Demokrat ini, tidak bisa melupakan bagaimana dengan pernyataan mundur Presiden Soeharto dengan dukungan militer, telah memberi jalan bagi perkembangan demokrasi.
“ Ini yang kita sampaikan. Sayang, sikap mundur Presiden Soeharto ini tidak diikuti seperti Libia dan Suriah dimana Presidennya tidak menyatakan mundur, sehingga berakibat parah kepada kondisi negara-negara tersebut,” terangnya.
Oleh karena itu, kunjungan Delegasi Parlemen Pakistan ingin mengetahui persis bagaimana relasi militer sekarang ini dengan demokrasi dengan pemerintahan sipil. Hayono menjelaskan bahwa militer Indonesia sekarang ini sudah sepenuhnya mendedikasikan dirinya kepada TNI yang profesional, tidak lagi masuk ke wilayah politik.
Pada kesempatan ini disinggung pula bahwa banyak pensiunan militer yang masuk ke dalam politik. Ketika ditanya apakah ada militer yang masuk parlemen, ujar Hayono Isman, sekarang tidak ada lagi. “ Tapi pensiunan miliiter boleh aktif ke dalam politik dan mereka menjadi pimpiinan partai politik. Bahkan ada yang menjadi calon Presiden untuk pemilu 2014,” kata Hayono menambahkan.
Hadir pula dalam acara ini anggota BKSAP Najib Ibrahim, Atte Sugandhi, Muhammad Hatta, Idris Sugeng, Azam Azwan Natawijaya dan Chusnunia Chalim.(mp)/foto:iwan armanias/parle.